Selasa, 29 Mei 2018

Sejarah Gereja BNKP Kota Gunungsitoli


SEJARAH GEREJA BNKP KOTA GUNUNGSITOLI

Letak Geografi
              Alamat       : Jl. W.R. Supratman No.6, Gunungsitoli   
Kota           : Gunungsitol 
Provinsi      : Sumatera Utara
Lokasi        : Di tengah kota
 
Sejarah Berdiri Gereja BNKP Kota Gunungsitoli
Gedung Gereja pertama di Jemaat BNKP Gunungsitoli dibangun dan diperbesar pada tahun 1926 ketika A. Momeyer menjadi pendeta di Gunungsitoli. Itulah yang dikenal dengan nama “Osali Sebua ba Gunungsitoli”. Karena Gunungsitoli merupakan salah satu pusat pelayanan terbesar maka setelah “Fangesa Dodo Sebua” melanda Nias, maka Momeyer juga mengkoordinir pendirian gedung pertemuan, rapat dan pembinaan, yang tempatnya tidak jauh dari “Osali Sebua” dan lebih dikenal dengan sebutan “OSALI SAITO” karena warna cat yang gelap. Sidang Sinode pertama dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Nopember 1936 di Gunungsitoli. Pada sinode itulah Nias yang tidak pernah bersatu sebelumnya menjadi satu nama dengan nama Banua Niha Keriso Protestan disingkat BNKP. Ketika Jepang tiba di Nias, rumah-rumah para missionaris dan rumah para pendeta diambil-alih dengan kuasa. Bahkan dengan kekuatan “senjata”, Jepang mengambil paksa gedung gereja Gunungsitoli, yakni “Osali Sebua” sebagai Gedung pemerintahan dan Osali Saito dijadikan markas tentara. Sungguh menyedihkan, Osali Sebua itu tidak hanya diambil paksa, tetapi “menaranya dipotong oleh tentara Jepang”, untuk dijadikan sebagai kantor. Alllah Mahabesar, pada waktu pemotongan menara gereja tersebut, terjadi suatu mujizat. Walaupun semua kayu-kayu menara telah terpotong dengan gergaji, namun tidak bisa tumbang, walaupun ditarik dengan tali oleh tenaga manusia secara massal dan dibantu oleh tenaga stoomwols, tetap tidak bisa tumbang. Melihat itu, maka tentara Jepang memanggil Guru Injil Singambowo Harefa dan memintanya untuk berdoa kepada Tuhan agar mengijinkan pemotongan menara tersebut. Barulah setelah selesai berdoa menara tersebut tumbang.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, maka Gereja Gunungsitoli kembali ditata dan dibenahi. Osali Sebua, kembali diperbaiki dan dipergunakan untuk pelaksanaan kebaktian dan pelayanan.Terlebih setelah pulihnya hubungan baik kembali dengan RMG, Jerman pada tahun 1951 melalui kedatangan Pdt. A. Schneider dan Pdt. Fr. Dorman serta dokter Thomsen sejak itu BNKP terus menata diri baik dalam segi organisasi dan pelayanan maupun dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas dan beriman.

Menyambut Yubileum 100 tahun Berita Injil di Nias, maka disepakati untuk membangun gedung gereja di Jemaat BNKP Gunungsitoli. Karena Osali Sebua yang dibangun tahun 1926 tersebut sudah mulai rusak dan daya tampungnya terbatas, maka dibentuk panitia yang bernama “Boto Wamasindro Osali Fanoro Todo” (B.W.O.F) yang disahkan oleh BPH BNKP tanggal 10 Desember 1957. Gereja Fanoro Todo diresmikan tanggal 26 September 1965, sehingga dipergunakan pada perayaan Yubileum 100 tahun Berita Injil di Nias. Sejak itulah Jemaat BNKP Gunungsitoli melaksanakan kebaktian dan pelayanan di Gereja Fanoro Todo, sedangkan “Osali Sebua” hanya dipergunakan untuk tempat pertemuan.
    Karena perkembangan dan untuk mengefektifkan pelayanan dibentuklah Jemaat atau Distrik baru, sebagai pemekaran dari Jemaat BNKP Gunungsitoli I. Sejak tahun 1970, Jemaat Gunungsitoli yang pernah disebut “gereja kota”, dilayani oleh Pendeta. Para Pendeta yang telah melayani di Jemaat Kota  adalah : Pdt.Yosefo Lawõlõ, Pdt. Filemon, Pdt. Obedi Mendrõfa, Pdt. Atofõna Harefa, Pdt. Tandrombõrõ Hulu, Pdt.Ros Telaumbanua, Pdt. Nehemia Harefa, Pdt. Bazatulõ Hulu, Pdt. T.D. Telaumbanua, Pdt. Sa’ambõrõ Zega, Pdt. Theo Gea, Pdt. B. Larosa, Pdt. Toföfö S. Wa’u, Pdt. Fat. Zega, Pdt. A.M. Sarumaha, Pdt. Ya’aro Harefa, B.Th. (1994), Pdt. T. Ony Telaumbanua, S.Th., M.Si. (1999), Pdt. Heluaro Zega, S.Th. (2002), Pdt. Ar Geya (2002), Pdt. Beni Gulo, S.Th., M.A., M.Min. (2005), dan Pdt. Drs. Afolo Daeli, M.Min. (2012) sampai sekarang.

Selain Pendeta juga pernah dilayani oleh Guru(Sinenge) yaitu : Sin. Latou’õ Telaumbanua, Sin. Fetero Lase, Elia Telaumbanua, Singambõwõ Harefa, Yohanes Telaumbanua.
Untuk mendukung pelayanan, telah diangkat Pendeta Fungsional atau Pendeta di Jemaat. Adapun nama-nama mereka yaitu : Pdt. Ar. Telaumbanua, Pdt. Edi L. Bate’e, S.Th, Pdt. Asal Adil Ndraha, S.Th (2006-2012), Pdt. Mashati Harefa, S.Th (2011-2016), Pdt. Masnah Nazara, S.Th, Pdt. Seviyanti Maru’ao, S.Th (2013), Pdt. Masrial Zebua, S.Th (2014-2015), Pdt. Juliarwan Zega, S.Th (Oktober 2016 – 11 Januari 2017 mengundurkan diri), Pdt. Eka Sri Martaniat Zendratō, S.Th (2016), Pdt. Anugerah Jaya Larosa, S.Th (2017) dan Pdt. Yenidar Duha, S.Th (2017)
Dengan penataan organisasi dan peningkatan pelayanan, maka walaupun sudah terjadi pemekaran, namun warga jemaat terus bertambah. Kegiatan-kegiatan pelayanan, pembinaan dan kebaktian selalu dilaksanakan di Gereja Fanörö Tödö sejak tahun 1965. Namun pada tahun 1965 gereja menghadapi tantangan dan kendala kendala yang dihadapi, yakni :
1.      Gereja Fanõrõ Tõdõ semakin terasa kecil dengan bertambahnya warga jemaat.
2.      Bahwa pada Persidangan Sinode BNKP tahun 1980 telah diputuskan bahwa Gereja Fanōrō Tōdō diserahkan kepada Jemaat Gunungsitoli.
Namun hingga tahun 1982 hal tersebut tak terealisir. Oleh karenanya warga dan pelayan Jemaat sepakat untuk membangun Gedung Gereja yang baru. Yakni di tempat “Osali Sebua”, yang gedungnya pada waktu itu sudah semakin rusak.  Peletakan Batu pertama tanggal 26 September 1982 oleh Bendahara Umum waktu itu, Pdt. T.Man Daeli menyetujui sebagai “Gedung Sarana Pelayanan Gerejawi”.
Dalam rangka percepatan penyelesaian pembangunan, maka pada tahun 1984 disusun Panitia Gedung Gereja Jemaat BNKP Gunungsitoli. Setelah Panitia bekerja, dan atas dukungan atau sumbangan seluruh warga jemaat, maka bangunan tersebut dapat selesai pada tahun 1996. Dan atas kesepakatan majelis jemaat, maka sejak tanggal 7 Desember 1996 kebaktian dilaksanakan di gereja baru tersebut. Hanya saja, pada waktu selesai tidak terus dilaksanakan pentahbisan/peresmian Gedung Gereja. Namun demikian gedung tersebut terus dipakai, baik untuk kebaktian pagi dan siang, maupun untuk berbagai pertemuan atau rapat, bahkan berulang kali sebagai tempat pelaksanaan Sidang Sinode dan Raker Pendeta.
Pada Dekade akhir abad 20, Jemaat BNKP Gunungsitoli mengalami goncangan badai keras. Akibat ketidak-sehati/sepikiran pada pelaksanaan Sidang Sinode 1992 di Ombolata, maka terjadilah perpisahan di antar warga jemaat. Sebagian warga jemaat BNKP Gunungsitoli keluar dan mendirikan gedung dan organisasi yang lain. Hal tersebut sangat menyedihkan hati. Mengapa harus berpisah, padahal doa Tuhan Yesus : berkata “Supaya mereka semua menjadi satu”, Tetapi hal itu sudah terjadi sejak 6 Februari 1994.
Seusai badai yang memisahkan itu terjadi, Jemaat BNKP Gunungsitoli menata diri, dengan menyusun dan melaksanakan program dengan visi :Berakar, bertumbuh dan berbuah di tengah era baru, yang memberi penekanan pada perwujudan “Jemaat yang missioner”.
Oleh karenanya, disusun program dengan bertolak dari kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh Jemaat BNKP Gunungsitoli. Program diuraikan dalam lima bidang yakni :
1.           Bidang Marturia (Pemberitaan)
2.           Bidang Didaskalia (Pengajaran)
3.           Bidang Koinonia (Persekutuan)
4.           Bidang Diakonia (Pelayanan Pengasihan)
5.           Bidang Oikonomia (Ekonomi Sosial Budaya)
Salah satu bagian dari bidang Marturia adalah menyangkut peribadatan, termasuk pembenahan sarana prasaran peribadahan. Dalam konteks itulah, maka pada tahun 1994 dibentuk suatu Panitia Pembangunan Sarana Pelayanan Jemaat BNKP Gunungsitoli. Panitia telah memulai membenahi sarana prasarana  dengan pembuatan pagar keliling gereja, pembenahan sound-system dan organ, serta telah memulai pembangunan Rumah Dinas Pendeta Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli.
Dengan kesadaran bahwa terlaksananya berbagai kegiatan pelayanan, peribadatan, pembinaan dan pembenahan sarana prasarana – hanyalah karena anugerah Allah semata-mata (Sola Gratia), maka Majelis Jemaat dan Jemaat sepakat untuk bersyukur kepada Tuhan karena kasihNya hebat atas kita. Syukuran dimaksud adalah juga penahbisan gedung gereja yang telah dapat dipergunakan sejak tanggal 7 Desember 1986 yang lalu.
Untuk menuju syukuran dan penahbisan dimaksud, disepakati untuk melaksanakan rehabilitasi dan pengembangan gedung gereja. Maka Majelis Jemaat sepakat untuk membentuk Tim Rehabilitasi dan Syukuran Gereja. Tim telah melakukan rehabilitasi gedung gereja (luar dan dalam), pembangunan teras dan pembuatan mimbar. Sebab kasihNya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya. Itulah ungkapan iman kita semua yang telah dapat terlaksana.
Seiring dengan perkembangan jemaat BNKP Kota Gunungsitoli, pada tanggal 5 Mei 2005, dinaikkan status menjadi Distrik yang disetujui oleh BPHMS BNKP dengan surat nomor 419/III/5/2005, tidak lama kemudian gedung gereja yang sudah dibangun itu mengalami kerusakan yang hebat, akibat gempa bumi yang dahsyat melanda pulau Nias pada saat itu tanggal 28 Maret 2005. Sejak itu kebaktian kembali dilaksanakan di gedung Gereja Fanõrõtõdõ. Untuk membangun kembali gedung Gereja Distrik BNKP Kota Gunungsitoli, diberi tugas kepada Panitia Pembangunan Gereja BNKP Distrik Kota Gunungsitoli dengan surat BPMD BNKP Kota Gunungsitoli nomor 05/D.K.Gst/103/SK/09/2005 tanggal 13 Agustus 2005.
Atas pertolongan Tuhan dan kerja sama yang baik panitia serta dukungan warga jemaat, pada tanggal 12 Oktober 2005 dilakukan peletakan batu pertama oleh Ephorus BNKP (Pdt. Ar. Geya)
Atas kasih dan pertolongan Tuhan kepada umatNya dan dukungan beberapa pihak, pembangunan gedung gereja baru Distrik BNKP Kota Gunungsitoli dapat diselesaikan pada bulan Mei 2008 dan atas kesepakatan Majelis Distrik BNKP Kota Gunungsitoli dengan persetujuan BPHMS BNKP, peresmian dilaksanakan pada hari Minggu 18 Mei 2008 oleh Ephorus BNKP (Pdt. K. Hia, M.Th). Seiring dengan perkembangan Gereja BNKP Kota Gunungsitoli sampai sekarang adalah sudah memiliki gedung gereja yang permanen lengkap dengan balkon untuk tempat beribadah dengan menara lonceng dan menara gereja (masih perlu pembenahan, akses tangga ke-lantai 2) yang telah siap pada bulan November 2014 yang lalu, serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas lainnya, misal : alat music, in focus, CC TV, AC, Genset, dll. Demikian juga Gereja Fanõrõtõdõ masih dipelihara dengan baik. Sejak tahun 2008 Gereja Fanōrōtōdō digunakan untuk tempat beribadah anak-anak sekolah minggu, memiliki gedung pembinaan anak (GPA), memiliki gedung ketrampilan Hanna Immanuel, dan memiliki ruangan kerja yang permanen setiap hari (Kantor). Bahkan pada tahun 2007 sesuai dengan hasil sidang sinode BNKP di Teluk Dalam tentang peleburan Distrik menjadi resort, maka Distrik BNKP Kota Gunungsitoli menjadi Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli Resort 1 BNKP sampai sekarang. Selain itu Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli memiliki organisasi untuk penanaman saham/penyimpanan modal yaitu KSU FAERI. Inilah sejarah Gereja BNKP Kota Gunungsitoli secara singkat dan sekaligus perkembangan yang dialami. Salah satu pergumulan kedepan adalah renovasi gerbang pembuatan jalan akses keluar untuk kendaraan roda 2 dan pembelian lahan pertapakan pembangunan rumah dinas pendeta fungsional, dan pembangunan gedung-gedung baru dengan master plan yang baik.
Tahun 2000 telah dibentuk PD. Hanna Immanuel, dan di tahun 2011 berubah nama menjadi Komisi Hanna Immanuel hingga sekarang. Ditahun 2017 Berdasarkan Peraturan BNKP No.14/BPMS-BNKP/2014 tanggal 7 Februari 2014 tentang Komisi di Jemaat dan melihat kebutuhan Jemaat Kota Gunungsitoli, ada  perubahan Nama Komisi dan Perampingan beberapa Komisi untuk Periode 2017 – 2022. Pemakaian nama SEKTOR dirubah menjadi LINGKUNGAN (sesuai dengan peraturan No. 4/BPMS-BNKP/2008 tentang Jemaat.
Tahun 2015 Jemaat Kota Gunungsitoli mengembangkan pelayanan yang disebut Jemaat Binaan, Dimulai dengan membina Jemaat Sawatōda Resort 28 BNKP dan Jemaat Balōhili Mola Resort 7 BNKP. Sampai saat ini pelayanan di jemaat binaan semakin bertambah dan jemaat yang dibina juga berbeda-beda. Selain membina Jemaat lain, Jemaat Kota juga memberi Bantuan Gaji bagi Pendeta yang tidak terpenuhi belanjanya. Kegiatan ini didukung langsung dari Komisi-komisi dan sudah terlaksana sejak tahun 2011 dengan nama Bantuan Gaji Pendeta Misionaris dan di tahun 2016 berubah nama menjadi Bantuan Gaji bagi Pendeta yang tidak terpenuhi belanjanya.
Mengenal sejarah berarti membantu untuk menemukan akar masalah yang dihadapi kini dan mendatang, serta solusi penyelesaiannya, dan sekaligus menguatkan kita menatap jauh ke depan, menunaikan tugas panggilan gereja. Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli yang terdiri dari 123 lingkungan pelayanan, 1.285 Kepala Keluarga  dan 5480 jiwa, terpanggil untuk semakin mengokohkan persekutuan sebagai satu tubuh. Bersatu-padu dalam menunaikan tugas panggilan pelayanan dan menjadi berkat sebagai pewujudan jemaat yang missioner.

Sumber : document.sejarahberdirigerejaBNKPkotagunungsitoli.tahun 2018.
















1 komentar:

    CERPEN BIOGRAFI Oleh : LIBERTINA HULU, S.Pd   SANG INSPIRATIF Bu Susi adalah seorang guru Sekolah Luar Biasa Negeri Gunungsitoli. Ia tin...