SEJARAH GEREJA BNKP KOTA GUNUNGSITOLI
Alamat :
Jl. W.R. Supratman
No.6, Gunungsitoli
Kota : Gunungsitol
Provinsi : Sumatera Utara
Lokasi : Di tengah kota
Sejarah Berdiri Gereja BNKP Kota Gunungsitoli
Gedung
Gereja pertama di Jemaat BNKP Gunungsitoli dibangun dan diperbesar pada tahun
1926 ketika A. Momeyer menjadi
pendeta di Gunungsitoli. Itulah yang dikenal dengan nama “Osali Sebua ba Gunungsitoli”. Karena Gunungsitoli merupakan salah
satu pusat pelayanan terbesar maka setelah “Fangesa Dodo Sebua” melanda Nias,
maka Momeyer juga mengkoordinir pendirian gedung pertemuan, rapat dan
pembinaan, yang tempatnya tidak jauh dari “Osali Sebua” dan lebih dikenal
dengan sebutan “OSALI SAITO” karena warna cat yang gelap. Sidang Sinode
pertama dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Nopember 1936 di Gunungsitoli. Pada
sinode itulah Nias yang tidak pernah bersatu sebelumnya menjadi satu nama
dengan nama Banua Niha Keriso Protestan disingkat BNKP. Ketika
Jepang tiba di Nias, rumah-rumah para missionaris dan rumah para pendeta
diambil-alih dengan kuasa. Bahkan dengan kekuatan “senjata”, Jepang mengambil
paksa gedung gereja Gunungsitoli, yakni “Osali Sebua” sebagai Gedung
pemerintahan dan Osali Saito dijadikan markas tentara. Sungguh menyedihkan,
Osali Sebua itu tidak hanya diambil paksa, tetapi “menaranya dipotong oleh
tentara Jepang”, untuk dijadikan sebagai kantor. Alllah Mahabesar, pada waktu
pemotongan menara gereja tersebut, terjadi suatu mujizat. Walaupun semua
kayu-kayu menara telah terpotong dengan gergaji, namun tidak bisa tumbang,
walaupun ditarik dengan tali oleh tenaga manusia secara massal dan dibantu oleh
tenaga stoomwols, tetap tidak bisa tumbang. Melihat itu, maka tentara Jepang
memanggil Guru Injil Singambowo Harefa dan memintanya untuk berdoa
kepada Tuhan agar mengijinkan pemotongan menara tersebut. Barulah setelah selesai
berdoa menara tersebut tumbang.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan, maka Gereja Gunungsitoli kembali ditata dan dibenahi. Osali
Sebua, kembali diperbaiki dan dipergunakan untuk pelaksanaan kebaktian dan
pelayanan.Terlebih setelah pulihnya hubungan baik kembali dengan RMG, Jerman
pada tahun 1951 melalui kedatangan Pdt.
A. Schneider dan Pdt. Fr. Dorman serta dokter Thomsen sejak itu BNKP terus
menata diri baik dalam segi organisasi dan pelayanan maupun dalam penyiapan
sumber daya manusia berkualitas dan beriman.
Menyambut Yubileum 100 tahun
Berita Injil di Nias, maka disepakati untuk membangun gedung gereja di Jemaat
BNKP Gunungsitoli. Karena Osali Sebua yang dibangun tahun 1926 tersebut sudah
mulai rusak dan daya tampungnya terbatas, maka dibentuk panitia yang bernama
“Boto Wamasindro Osali Fanoro Todo” (B.W.O.F) yang disahkan oleh BPH BNKP
tanggal 10 Desember 1957. Gereja Fanoro Todo diresmikan tanggal 26 September
1965, sehingga dipergunakan pada perayaan Yubileum 100 tahun Berita Injil di
Nias. Sejak itulah Jemaat BNKP Gunungsitoli melaksanakan kebaktian dan
pelayanan di Gereja Fanoro Todo, sedangkan “Osali Sebua” hanya dipergunakan
untuk tempat pertemuan.
Karena perkembangan dan untuk mengefektifkan pelayanan
dibentuklah Jemaat atau Distrik baru, sebagai pemekaran dari Jemaat BNKP
Gunungsitoli I. Sejak tahun 1970, Jemaat Gunungsitoli yang pernah disebut
“gereja kota”, dilayani oleh Pendeta. Para Pendeta yang telah melayani di
Jemaat Kota adalah : Pdt.Yosefo Lawõlõ,
Pdt. Filemon, Pdt. Obedi Mendrõfa, Pdt. Atofõna Harefa, Pdt. Tandrombõrõ Hulu,
Pdt.Ros Telaumbanua, Pdt. Nehemia Harefa, Pdt. Bazatulõ Hulu, Pdt. T.D. Telaumbanua,
Pdt. Sa’ambõrõ Zega, Pdt. Theo Gea, Pdt. B. Larosa, Pdt. Toföfö S. Wa’u, Pdt.
Fat. Zega, Pdt. A.M. Sarumaha, Pdt. Ya’aro Harefa, B.Th. (1994), Pdt. T. Ony
Telaumbanua, S.Th., M.Si. (1999), Pdt. Heluaro Zega, S.Th. (2002), Pdt. Ar Geya (2002), Pdt. Beni
Gulo, S.Th., M.A., M.Min. (2005), dan
Pdt. Drs. Afolo Daeli, M.Min. (2012) sampai sekarang.
Selain Pendeta juga pernah
dilayani oleh Guru(Sinenge) yaitu : Sin.
Latou’õ Telaumbanua, Sin. Fetero Lase, Elia Telaumbanua, Singambõwõ Harefa,
Yohanes Telaumbanua.
Untuk mendukung pelayanan, telah diangkat
Pendeta Fungsional atau Pendeta di Jemaat. Adapun nama-nama mereka yaitu : Pdt. Ar. Telaumbanua, Pdt. Edi L. Bate’e,
S.Th, Pdt. Asal Adil Ndraha, S.Th (2006-2012), Pdt. Mashati Harefa, S.Th
(2011-2016), Pdt. Masnah Nazara, S.Th, Pdt. Seviyanti Maru’ao, S.Th
(2013), Pdt. Masrial Zebua, S.Th (2014-2015),
Pdt. Juliarwan Zega, S.Th (Oktober 2016 – 11 Januari 2017 mengundurkan diri),
Pdt. Eka Sri Martaniat Zendratō, S.Th (2016), Pdt. Anugerah Jaya Larosa, S.Th
(2017) dan Pdt. Yenidar Duha, S.Th (2017)
Dengan penataan organisasi
dan peningkatan pelayanan, maka walaupun sudah terjadi pemekaran, namun warga
jemaat terus bertambah. Kegiatan-kegiatan pelayanan, pembinaan dan kebaktian
selalu dilaksanakan di Gereja Fanörö Tödö sejak tahun 1965. Namun pada tahun
1965 gereja menghadapi tantangan dan
kendala kendala yang dihadapi, yakni :
1.
Gereja Fanõrõ Tõdõ semakin terasa kecil dengan
bertambahnya warga jemaat.
2.
Bahwa pada Persidangan Sinode BNKP tahun 1980 telah
diputuskan bahwa Gereja Fanōrō Tōdō diserahkan kepada Jemaat Gunungsitoli.
Namun hingga tahun 1982
hal tersebut tak terealisir. Oleh karenanya warga dan pelayan Jemaat sepakat
untuk membangun Gedung Gereja yang baru. Yakni di tempat “Osali Sebua”, yang
gedungnya pada waktu itu sudah semakin rusak.
Peletakan Batu pertama tanggal 26 September 1982 oleh Bendahara Umum
waktu itu, Pdt. T.Man Daeli menyetujui sebagai “Gedung Sarana Pelayanan
Gerejawi”.
Dalam rangka percepatan penyelesaian
pembangunan, maka pada tahun 1984 disusun Panitia Gedung Gereja Jemaat BNKP
Gunungsitoli. Setelah Panitia bekerja, dan atas dukungan atau sumbangan seluruh
warga jemaat, maka bangunan tersebut dapat selesai pada tahun 1996. Dan atas
kesepakatan majelis jemaat, maka sejak tanggal 7 Desember 1996 kebaktian
dilaksanakan di gereja baru tersebut. Hanya saja, pada waktu selesai tidak
terus dilaksanakan pentahbisan/peresmian Gedung Gereja. Namun demikian gedung
tersebut terus dipakai, baik untuk kebaktian pagi dan siang, maupun untuk
berbagai pertemuan atau rapat, bahkan berulang kali sebagai tempat pelaksanaan
Sidang Sinode dan Raker Pendeta.
Pada
Dekade akhir abad 20, Jemaat BNKP Gunungsitoli mengalami goncangan badai keras.
Akibat ketidak-sehati/sepikiran pada pelaksanaan Sidang Sinode 1992 di
Ombolata, maka terjadilah perpisahan di antar warga jemaat. Sebagian warga
jemaat BNKP Gunungsitoli keluar dan mendirikan gedung dan organisasi yang lain.
Hal tersebut sangat menyedihkan hati. Mengapa harus berpisah, padahal doa Tuhan
Yesus : berkata “Supaya mereka semua menjadi satu”, Tetapi hal itu sudah
terjadi sejak 6 Februari 1994.
Seusai badai yang memisahkan itu terjadi,
Jemaat BNKP Gunungsitoli menata diri, dengan menyusun dan melaksanakan program
dengan visi :Berakar, bertumbuh dan berbuah di tengah era baru, yang memberi
penekanan pada perwujudan “Jemaat yang missioner”.
Oleh karenanya, disusun
program dengan bertolak dari kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh Jemaat
BNKP Gunungsitoli. Program diuraikan dalam lima bidang yakni :
1.
Bidang Marturia (Pemberitaan)
2.
Bidang Didaskalia (Pengajaran)
3.
Bidang Koinonia (Persekutuan)
4.
Bidang Diakonia (Pelayanan Pengasihan)
5.
Bidang Oikonomia (Ekonomi Sosial Budaya)
Salah satu bagian dari
bidang Marturia adalah menyangkut peribadatan, termasuk pembenahan sarana
prasaran peribadahan. Dalam konteks itulah, maka pada tahun 1994 dibentuk suatu
Panitia Pembangunan Sarana Pelayanan Jemaat BNKP Gunungsitoli. Panitia telah
memulai membenahi sarana prasarana dengan pembuatan pagar keliling gereja,
pembenahan sound-system dan organ, serta telah memulai pembangunan Rumah Dinas
Pendeta Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli.
Dengan kesadaran bahwa terlaksananya berbagai
kegiatan pelayanan, peribadatan, pembinaan dan pembenahan sarana prasarana –
hanyalah karena anugerah Allah semata-mata (Sola Gratia), maka Majelis Jemaat dan Jemaat
sepakat untuk bersyukur kepada Tuhan karena kasihNya hebat atas kita. Syukuran
dimaksud adalah juga penahbisan gedung gereja yang telah dapat dipergunakan
sejak tanggal 7 Desember 1986 yang lalu.
Untuk menuju syukuran dan penahbisan dimaksud,
disepakati untuk melaksanakan rehabilitasi dan pengembangan gedung gereja. Maka
Majelis Jemaat sepakat untuk membentuk Tim Rehabilitasi dan Syukuran Gereja.
Tim telah melakukan rehabilitasi gedung gereja (luar dan dalam), pembangunan
teras dan pembuatan mimbar. Sebab kasihNya hebat atas kita, dan kesetiaan
Tuhan untuk selama-lamanya. Itulah ungkapan iman kita semua yang telah
dapat terlaksana.
Seiring dengan perkembangan jemaat BNKP Kota
Gunungsitoli, pada tanggal 5 Mei 2005, dinaikkan status menjadi Distrik yang
disetujui oleh BPHMS BNKP dengan surat nomor 419/III/5/2005, tidak lama
kemudian gedung gereja yang sudah dibangun itu mengalami kerusakan yang hebat,
akibat gempa bumi yang dahsyat melanda
pulau Nias pada saat itu tanggal 28 Maret 2005. Sejak itu kebaktian kembali
dilaksanakan di gedung Gereja Fanõrõtõdõ. Untuk membangun kembali gedung
Gereja Distrik BNKP Kota Gunungsitoli, diberi tugas kepada Panitia Pembangunan
Gereja BNKP Distrik Kota Gunungsitoli dengan surat BPMD BNKP Kota Gunungsitoli
nomor 05/D.K.Gst/103/SK/09/2005 tanggal 13 Agustus 2005.
Atas pertolongan Tuhan
dan kerja sama yang baik panitia serta dukungan warga jemaat, pada tanggal 12
Oktober 2005 dilakukan peletakan batu pertama oleh Ephorus BNKP (Pdt. Ar. Geya)
Atas kasih dan pertolongan Tuhan kepada umatNya
dan dukungan beberapa pihak, pembangunan gedung gereja baru Distrik BNKP Kota
Gunungsitoli dapat diselesaikan pada bulan Mei 2008 dan atas kesepakatan
Majelis Distrik BNKP Kota Gunungsitoli dengan persetujuan BPHMS BNKP, peresmian
dilaksanakan pada hari Minggu 18 Mei 2008 oleh Ephorus BNKP (Pdt. K. Hia,
M.Th). Seiring dengan perkembangan Gereja
BNKP Kota Gunungsitoli sampai sekarang adalah sudah memiliki gedung gereja
yang permanen lengkap dengan balkon untuk tempat beribadah dengan menara
lonceng dan menara gereja (masih perlu pembenahan, akses tangga ke-lantai 2)
yang telah siap pada bulan November 2014 yang lalu, serta dilengkapi dengan
berbagai fasilitas lainnya, misal : alat music, in focus, CC TV, AC, Genset,
dll. Demikian juga Gereja Fanõrõtõdõ masih dipelihara dengan baik. Sejak tahun
2008 Gereja Fanōrōtōdō digunakan untuk tempat beribadah anak-anak sekolah
minggu, memiliki gedung pembinaan anak (GPA), memiliki gedung ketrampilan Hanna
Immanuel, dan memiliki ruangan kerja yang permanen setiap hari (Kantor). Bahkan
pada tahun 2007 sesuai dengan hasil sidang sinode BNKP di Teluk Dalam tentang
peleburan Distrik menjadi resort, maka Distrik BNKP Kota Gunungsitoli menjadi
Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli Resort 1 BNKP sampai sekarang. Selain itu Jemaat
BNKP Kota Gunungsitoli memiliki organisasi untuk penanaman saham/penyimpanan
modal yaitu KSU FAERI. Inilah sejarah Gereja BNKP Kota Gunungsitoli secara
singkat dan sekaligus perkembangan yang dialami. Salah satu pergumulan kedepan
adalah renovasi gerbang pembuatan jalan akses keluar untuk kendaraan roda 2 dan
pembelian lahan pertapakan pembangunan rumah dinas pendeta fungsional, dan
pembangunan gedung-gedung baru dengan master plan yang baik.
Tahun 2000 telah dibentuk PD. Hanna Immanuel, dan di tahun 2011
berubah nama menjadi Komisi Hanna Immanuel hingga sekarang. Ditahun 2017 Berdasarkan Peraturan
BNKP No.14/BPMS-BNKP/2014
tanggal 7 Februari 2014 tentang Komisi di Jemaat dan melihat kebutuhan Jemaat Kota Gunungsitoli, ada perubahan Nama
Komisi dan Perampingan beberapa Komisi untuk Periode 2017 – 2022. Pemakaian nama SEKTOR dirubah menjadi LINGKUNGAN
(sesuai dengan peraturan No. 4/BPMS-BNKP/2008 tentang Jemaat.
Tahun 2015 Jemaat Kota Gunungsitoli
mengembangkan pelayanan yang disebut Jemaat Binaan, Dimulai dengan
membina Jemaat Sawatōda Resort 28 BNKP dan Jemaat Balōhili Mola Resort 7 BNKP.
Sampai saat ini pelayanan di jemaat binaan semakin bertambah dan jemaat yang
dibina juga berbeda-beda. Selain membina Jemaat lain, Jemaat Kota juga memberi
Bantuan Gaji bagi Pendeta yang tidak terpenuhi belanjanya. Kegiatan ini
didukung langsung dari Komisi-komisi dan sudah terlaksana sejak tahun 2011
dengan nama Bantuan Gaji Pendeta Misionaris dan di tahun 2016 berubah nama
menjadi Bantuan Gaji bagi Pendeta yang tidak terpenuhi belanjanya.
Mengenal sejarah berarti membantu untuk menemukan akar masalah yang
dihadapi kini dan mendatang, serta solusi penyelesaiannya, dan sekaligus
menguatkan kita menatap jauh ke depan, menunaikan tugas panggilan gereja.
Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli yang terdiri dari 123 lingkungan pelayanan, 1.285 Kepala Keluarga dan 5480 jiwa, terpanggil untuk semakin
mengokohkan persekutuan sebagai satu tubuh. Bersatu-padu dalam menunaikan tugas
panggilan pelayanan dan menjadi berkat sebagai pewujudan jemaat yang missioner.
Sumber : document.sejarahberdirigerejaBNKPkotagunungsitoli.tahun 2018.
Gob job.. go a head
BalasHapus